Faktor tentang kejatuhan kerajaan banten ketangan voc
Sejarah
yogata3768
Pertanyaan
Faktor tentang kejatuhan kerajaan banten ketangan voc
1 Jawaban
-
1. Jawaban salsakusayang15
bertepatan dengan penyerangan Banten terhadap Palembang. Sepulangnya dari penyerangan itu Belanda masih berada di Banten untuk menunggu hasil panen lada agar bisa dibeli dengan murah.
Melihat hal ini, Sultan Abdul Kadir menjadi murka.Begitu angkuhnya Belanda, mereka merampok dua buah kapal milik orang Jawa yang penuh dengan lada lalu kabur sambil menembaki kota Banten.Akan tetapi beberapa pasukan Banten berhasil menangkap Cornelis de Houtman sebagai pimpinannya. Setelah ditahan selama sebulan, ia bebas dengan tebusan 45.000 gulden yang kemudian diusir pada tanggal 2 Oktober 1596.
Dua tahun kemudian, Belanda kembali ke Banten dengan sikap yang lebih sopan, berbeda dengan sebelumnya. Dengan dipimpin oleh Jacob van Neck, Van Waerwijk dan Van Heemskerck. Mereka merayu Sultan Abdul Kadir dengan cara memberikan hadiah kepada beliau. Dan hasilnya mereka dapat berdagang di Banten dan Jayakarta sehingga dapat membawa 3 kapal penuh lada ke negara mereka, 5 kapal lagi dibawa ke tempat basis mereka yang berada di Maluku. Disatu sisi, kekuasaan Belanda di Batavia membawa keamanan dan ketertiban tersendiri bagi raja-raja Banten dari pengaruh raja-raja Mataram ke arah barat dan serangan dari
BERDIRINYA VOC DAN KONFLIK DENGAN KERAJAAN BANTEN
Daerah Banten pun menjadi lebih ramai dari sebelumnya dengan banyaknya kapal-kapal asing yang berlabuh. Tidak lain tujuan mereka adalah berdagang. Tetapi dengan bertambahnya para pedagang di daerah itu tidak menutup kemungkinan terjadinya kecurangan. Di wilayah Kerajaan Banten didirikanlah Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Hal ini menyulitkan Kerajaan Banten untuk bergerak lebih leluasa. Maka dengan ketegasan Sultan Abul Mufakhir keberadaan VOC ini dapat teratasi dengan memindahkan kantor VOC ke Batavia.
VOC mengadakan siasat blokade terhadap pelabuhan niaga Banten, melarang dan mencegah jung-jung (kapal dagang) dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten yang membuat pelabuhan Banten hampir lumpuh. Perlawanan sengit orang Banten terhadap VOC pecah pada bulan November 1633 dengan mengadakan “gerilya” di laut sebagai “perompak” dan di daratan sebagai “perampok” sehingga memprovokasi VOC untuk melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung. Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade. Perjanjian damai baru tertandatangani pada tahun 1639. Walau begitu hubungan keduanya masih tetap memanas.
Situasi perang terus berlangsung selama enam tahun, dan ketegangan masih terus terjadi hingga wafatnya Sultan Abul Mufakhir pada tahun 1651 dan digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Mu’ali Ahmad atau Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abulfath Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672).
Menginjak abad ke-17, Banten mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kerajaan Banten semakin memperuncing permusuhannya dengan VOC. hal ini terlihat dari perusakan terhadap 2 kapal belanda karena dinilai terlalu memaksa untuk memonopoli perdagangan di Banten.Demikian terus terjadi konflik antara keduanya.
Silakan diringkas^^