Jelaskan bagaimana keterlibatan indonesia diwilayah timor timur
Sejarah
kramja3100
Pertanyaan
Jelaskan bagaimana keterlibatan indonesia diwilayah timor timur
1 Jawaban
-
1. Jawaban juancristofelp5bhiz
Pada 1974, Portugis memulai proses dekolonisasi Timor Timur setelah menguasainya selama berabad-abad. Sempat terjadi perang sipil skala kecil sebelum pejuang kemerdekaan Fretilin menguasai ibu kota Dili, dan menetapkan kemerdekaan pada 28 November 1975. Pemerintah Indonesia menyatakan klaim kemerdekaan itu adalah permintaan Barat. Maka lahir invasi militer pada dua bulan berikutnya, dan tahun 1976 Timor Timur resmi menjadi provinsi baru di Indonesia.
Aneksasi berlangsung hingga 1999, dan sepanjang periode tersebut muncul beragam bentuk pelanggaran hak asasi manusia kepada warga Timor Timur. Menurut hasil investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), selama 24 tahun pemerintah Indonesia melakukan penyiksaan sistematis, perbudakan seksual, eksekusi di luar hukum, pembantaian, dan bencana kelaparan yang disengaja kepada rakyat Timor Timur.
Baca juga:
Timor Leste: Lu-Olo Memikul Harapan Rakyat Lewati Masa SulitAlfredo Reinado Sang Pemberontak
Jumlah korban tewas sulit diperkirakan secara tepat. Commission for Reception, Truth and Reconciliation (CAVR) melaporkan korban kematian terkait konflik di Timor Timur setidaknya berjumlah 102.800 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 18.600 orang dibunuh atau hilang, dan sekitar 84.000 orang meninggal karena kelaparan atau sakit parah. Angka-angka tersebut mewakili perkiraan minimum dari CAVR yang temuannya diklaim berbasis ilmiah.
Dalam retrospeksi yang dimuat Le Monde diplomatique bulan Oktober 1999, Chomsky memaparkan dukungan AS dalam invasi militer Indonesia dalam bentuk diplomatik maupun transaksi dagang senjata. Chomsky menilai angka penjualan senjata AS ke Indonesia “mengesankan”. Totalnya hingga 1 miliar dolar AS sejak 1975 hingga 1999. Bantuan militer AS untuk Indonesia di era Bill Clinton (1993-2001) berjumlah sekitar 150 juta dolar AS, dan pada 1997 Pentagon masih melatih pasukan Kopassus.
Sementara dalam retrospeksi yang ditulis Chomsky pada 1994 untuk Guardian dan dipublikasi ulang di laman pribadinya, pada invasi 1975, mayoritas persenjataan tentara Indonesia berasal dari AS. Chomsky menyebut perkiraan hingga 90 persen. Tahun 1977 persediaan senjata menipis, Chomsky sebut sebagai buah dari begitu semangatnya tentara Indonesia untuk misi menganeksasi Timor Timur. Pemerintah AS segera menindaklanjuti dengan menjual lebih banyak senjata. Inggris turut membantu setahun setelahnya, kemudian diikuti dengan Perancis.
Baca juga:
Merdeka dari Pendudukan IndonesiaMembela Timor Timur, Meretas Indonesia
Chomsky berusaha mengabarkan tragedi kemanusiaan di Timor Timur sejak periode awal muncul invasi. Pada bulan November 1978 dan Oktober 1979, Chomsky menyampaikan pernyataan kepada Panitia Keempat Majelis Umum PBB tentang tragedi Timor Timur dan kurangnya liputan media internasional di tempat tersebut. Pada 1999, saat referendum akan digelar di Timor Timur, Chomsky menulis tiga alasan mengapa rakyat AS perlu peduli dengan isu ini.
“Pertama, sejak invasi Indonesia pada bulan Desember 1975, Timor Timur telah menjadi saksi kekejaman terburuk di era modern—kekejaman yang semakin meningkat saat ini,” tegas Chomsky melalui kanal Mother Jones.
“Kedua, pemerintah AS telah memainkan peran yang menentukan dalam meningkatkan kekejaman ini dan dapat dengan mudah bertindak untuk mengurangi atau menghentikannya. Tidak perlu mengebom Jakarta atau menjatuhkan sanksi ekonomi. Cukup bagi Washington untuk menarik dukungan dan untuk menginformasikan kepada kliennya di Indonesia bahwa permainan telah berakhir. Ini tetap berlaku karena situasinya kini mencapai titik balik yang penting—inilah alasan ketiga.”
Referendum dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 karena Presiden B.J. Habibie menyanggupi permintaan Sekjen PBB Kofi Annan. Hampir 80 persen rakyat Timor Timur ingin merdeka. Chomsky turut merasa lega, namun setelahnya kembali prihatin karena hasil referendum tak bisa diterima dengan legowo oleh TNI, yang membalas kekalahan dengan menyerbu warga Timor Timur, menghancurkan banyak rumah dan bangunan hingga melahirkan gelombang pengungsi ke daerah sekitarnya.
Chomsky mendukung website East Timor Action Network (ETAN). Beberapa tahun sekali, sejak kemerdekaan Timor Timur pada 20 Mei 2002, ia menekankan dukungannya untuk ETAN dan mengajak agar para pembaca turut berkontribusi untuk menjaga ETAN tetap mengudara. Mendukung ETAN, kata Chomsky, turut membantu Timor Timur memelihara kemerdekaannya dan mendukung kemerdekaan bagi komunitas-komunitas yang masih terjajah