B. Indonesia

Pertanyaan

Salah Urus Kereta Api

Lagi-lagi kecelakaan kereta api terjadi. Kereta api Citra Jaya terguling di Cibatu, Jawa Barat, Sabtu lalu. Pada hari yang sama, sepur eksekutif Argo Lawu juga anjlok di Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin menunjukkan perkeretaapian kita dalam kondisi gawat. Pemerintah mesti segera membenahinya sebelum korban jatuh lebih banyak akibat kecelakaan. Musibah kereta api Argo Lawu tak memakan korban. Tapi kecelakaan kereta Citra Jaya menyebabkan puluhan orang terluka. Daftar kecelakaan pun bertambah panjang. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudah terjadi 10 kali kecelakaan kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Tidaklah salah pernyataan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kemarin bahwa anjloknya dua sepur itu seharusnya bisa dideteksi. Tanda-tanda amblesnya tanah di bawah bantalan rel kereta tentu bisa diamati jauh hari. Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api lebih serius mengawasi jalur kereta api. Persoalannya, Pak Menteri Cuma melihat sisi ketidakberesan PT Kereta Api. Yang terjadi sebenarnya pemerintah juga salah urus perusahaan ini sehingga terus merugi. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp 1,4 triliun per tahun. Inilah yang menyebabkan perusahaan milik negara tersebut tak sanggup memberikan layanan yang baik. Kerugian besar muncul karena PT Kereta Api diwajibkan memelihara jaringan rel di Indonesia. Total duit yang dikeluarkan untuk perawatan reguler per tahun mencapai Rp 2,1 triliun. Sementara itu, anggaran dari pemerintah hanya Rp 750 miliar. Di luar perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu lagi menanggungnya. Padahal sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti. Dari total panjang lintasan rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih berusia di atas 50 tahun. Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudah lapuk. Kondisi ini sangat mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya, sebagian besar kecelakaan kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibat kurang beresnya rel. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitung dibutuhkan Rp 6 triliun untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel. Dalam keadaan anggaran negara yang sedang tekor, angka itu memang tampak besar. Tapi, kalau pemerintah bisa menalangi Lapindo Brantas Inc. Sekitar Rp 7,5 triliun buat membangun infrastruktur di Porong Sidoarjo, kenapa untuk urusan yang ini tidak? Pemerintah tak perlu ragu mengucurkan dana untuk pembenahan perkeretaapian. Jika dikelola dengan benar, kereta api sebetulnya berpotensi menunjang perekonomian. Dengan pengelolaan di bawah standar pun, setiap tahun kereta api mampu mengangkut 150 juta penumpang dan 5 juta ton barang. Kalau ditangani lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan jauh meningkat. Pendapatan PT Kereta Api pun akan bertambah. Membiarkan kereta api berlari di atas bantalan rel yang lapuk atau tak terurus sungguh berbahaya. Jika pemerintah peduli keselamatan warganya, kondisi perkeretaapian yang amburadul harus segera dibenahi.

Kalimat proses:
Kalimat hasil:
kalimat fakta:
kalimat opini:

1 Jawaban

  • kalimat fakta.
    -Faktanya, sebagian besar kecelakaan kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibat kurang beresnya rel.
    -Dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudah terjadi 10 kali kecelakaan kereta api.
    -Total duit yang dikeluarkan untuk perawatan reguler per tahun mencapai Rp 2,1 triliun.
    -Sementara itu, anggaran dari pemerintah hanya Rp 750 miliar. Di luar perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu lagi menanggungnya.
    -Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitung dibutuhkan Rp 6 triliun untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel.

    kalimat opini
    -Ini makin menunjukkan perkeretaapian kita dalam kondisi gawat.
    -Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api lebih serius mengawasi jalur kereta api.

Pertanyaan Lainnya