Mengapa jepang membentuk pasukan militer dan semi militer
Sejarah
MuhmadYhud
Pertanyaan
Mengapa jepang membentuk pasukan militer dan semi militer
2 Jawaban
-
1. Jawaban indahdkurn
Sebagai pertahanan jika sewaktu waktu terjadi ancaman militer dari luar negeri seperti agresi
Semoga membantu
Dan jangan lupa follow yaa❤❤ -
2. Jawaban urayanis26
Pada tahun 1943 terjadi perubahan politik dunia, di mana blok As (Jerman, dkk.) telah menderita kekakalahan di mana-mana. Jepang mulai cemas terhadap serangan balasan Sekutu yang semakin ofensif dalam perang pasifik. Kondisi ini membuat Jepang mulai bersikap lunak terhadap negeri-negeri jajahannya. Kepada bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam uruasan pemerintahan. Untuk itulah dibentuk Tjihio Sangi Kai (semacam Dewan Daerah) dan Tjuai Sangi In (semacam Dewan Rakyat) dengan Ir. Soekarno sebagai ketua dan RMAA Kusumoutoyo dan dr. Buntaran sebagai wakil ketua. Sementara itu Perang Pasifik semakin mendesak kekuatan Jepang. Untuk itu Jepang memerlukan bantuan rakyat daerah pendudukan untuk menahan laju ofensif tentara Sekutu. Pemerintah Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha peperangannya. Jepang mulai beralih ke strategi defensif di mana Indonesia menjadi front depan (Nugroho: 1993).Berdasarkan keputusan sidang parlemen ke-82 di Tokyo, Perdana Menteri Tojo mengemukakan perlunya dibentuk barisan semi militer dan militer di Indonesia. Pada bulan Januari 1943 dibukalah sebuah pusat latihan militer untuk pemuda-pemuda Indonesia yang dikenal dengan ”Sainen Dojo” di Tanggerang. Seinen Dojo ini dipimpin oleh perwira pelatih Jepang Yanagawa, dibantu oleh M.Nakajima seorang Jepang yang besar di Indonesia dan pro terhadap Kemerdekaan Indonesia. Di Seinen Dojo ini para pemuda diberi latihan militer yang sangat berat. Di tempat ini juga dibentuk karakter pemuda semangat dan keberanian berkorban tentara Jepang yaitu ”Seisin” . Karakter-karakter ”Seisin” seperti ”Tai atari”, ”Jibaku”, ”Harakiri” inilah yang kelak amat berguna dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di Sainen Dojo ini juga kelak lahir pahlawan-pahlawan kemerdekaan seperti Letnan Jenderal A. Kemal Idris, Letnan Jenderal A. Kosasih, dan Mayor Daan Mogot. Keberhasilan Seinen Dojo dalam melatih pemuda-pemuda Indonesia membuat Jepang membentuk organisasi-organisasi semi militer lain dalam rangka membantu tentara Jepang dalam peperangannya. Dalam bulan April 1943 dibentuklah organisasi-organisasi pemuda yang diberi latihan militer, yaitu antara lain: 1. Barisan Pemuda (Seinendan)
Organisasi ini dimaksudkan untuk melatih dan mendidik pemuda agar mampu menjaga dan memepertahankan tanah airnya dengan kekuatannya sendiri, sedangkan tujuan sesungguhnya adalah agar Jepang mempunyai kekuatan cadangan dalam menghadapi Sekutu dalam perang pasifik yang semakin ofensif. Pada awal pembentukannya jumlah anggota Seinendan tercatat 3.500 orang dan kemudian berkembang mencapai jumlah sekitar 500.000 orang pada akhir pemerintahan Jepang. Susunan Seinendan terdiri atas:
a.Dancho(Komandan)
b.Fuku Dancho(Wakil Komandan)
c.Komon(Penasehat)
d.Sanyo(Anggota Dewan Pertimbangan)
e.Kanji(Administrator)
Yang pasti bahwa organisasi ini digunakan untuk mengamankan garis belakang dan sebagai barisan cadangan. Selain itu dibentuk pula Seinendan putri yang membantu pelaksanaan garis belakang.2. Barisan Pembantu Polisi (Keiboidan)
Keiboidan adalah organisasi pemuda (20-35 tahun) yang mempunyai tugas kepolisian berupa penjagaan lalu lintas, keamanan desa, memelihara keamanan dan ketertiban,dan lain-lain. Organisasi ini berada dalam binaan Keimubu (Departemen Kepolisian) dan anggotannya berjumlah sekitar satu juta orang. Yang menarik dari organisasi ini ialah bahwa organisasi ini dijauhkan dari pengaruh kaum nasionalis, sedangkan di dalam Seinendan duduk nasionalis muda seperti Sukarni, Abdul Latief Hendraningrat, dan lain-lain.3.Pembantu Prajurit (Heiho)
Pada tanggal 22 April 1943 Tentara Wilayah Ketujuh mengeluarkan peraturan tentang pembentukan Heiho (Pembantu Prajurit). Sejak saat itu para Heiho dilatih dan dipergunakan dalam berbagai kesatuan militer di bawah wewenang tentara wilayah ketujuh yang di dalamnya termasuk Tentara Ke Enam Belas (yang menguasahi wilayah Jawa-Madura). Setelah melihat latihan di Seinen Dojo pihak Jepang tidak meragukan kemampuan Heiho dalam melaksana-kan tugas-tugas militernya. Namun yang dikawatirkan adalah kesetiaan para Heiho terhadap usaha dan kepentingan perang Jepang. Pihak Jepang merasa takut jika para pemuda Indonesia yang telah terdidik dan terlatih secara militer akan memukul balik pasukan Jepang di Indonesia. Jumlah pasukan Heiho sampai akhir pendudukan Jepang adalah 42.200 orang yang memiliki keahlian diberbagai seluk beluk persenjataan, tetapi di antara mereka tidak ada yang berpangkat perwira. 4. Himpunan Wanita (Fujinkai)
Pada bulan Agustus 1943 dalam rangka membentuk potensi wanita Pemerintah Jepang membentuk Fujinkai. Tenaga wanita dengan keanggotaan batas umur 15 tahun ini digunakan digaris belakang untuk membantu dan merawat korban perang, namun banyak juga yang dilibatkan dalam penanaman pohon jarak untuk diambil minyaknya. Selain itu mereka juga diberikan latihan-latihan semi militer yang meliputi baris-berbaris dan menyelamatkan diri dari peperangan.5.